Shalat itu menyambungkan hati dan proses pertemuan antara manusia dengan Tuhannya Allah SWT. Ibarat kita bersalaman tidak hanya sekedar menyentuhkan telapak tangan secara rukhiyah saja. Ketika orang bisu menikah dengan orang bisu bukan lisan yang berbicara akan tetapi hati yang berbicara. Ketika seorang ibu menggendong bayi, sang ibu bisa menggunakan bahasa lisan atau verbal tapi juga dengan bahasa bukan lisan, melalui sentuhan/ pelukan. Komunikasi lewat hati memang luar biasa, karena kedalaman pribadi atau hati itu tidak dibatasi, rasa nyaman akan terbentuk. Kasih sayang itu tidak terbatas pada komunikasi (wujud kecintaan dan kesinambungan manusia dengan Penciptanya, manusia dengan manusia lainnya. Allahu Akbar (takbir).
Melalui munajat kepada Allah maka manusia akan menurunkan keangkuhannya, getaran hati, connecting, kesambungan atau pertemuan, menjadikan manusia jiwa yang gatekan, jiwamu, nafsmu agar tidak ngelantur dan senang mempiknikan diri kita, oleh karena itu dibutuhkan konsentrasi dan shalat khusyu’. Jangan sampai tubuh kita disini sedang melakukan amalan wajib dan sunah, akan tetapi fikiran kita, hati kita mengembara berekreasi kemana-mana. Ketika kita piknik hati, maka hati kita ibarat kosong.
Mari kita awali hari ini, tindakan ini semua dengan niat, menyengajakan atau didorong dengan amalnya, tidak hanya (sekedar) reflex. Akan berbeda refleks amaliyah yang disadari dan tidak disadari. Contoh ketika kita membawa gelas didalamnya ada air, kira kira dapatkah kita membawa gelas itu tanpa membuat air yang ada didalamnya tumpah. Dapat, caranya dengan focus, semisal ketika kita membawa gelas ternyata teman kita memanggil apakah kita tetap focus pada gelas, atau justru menengok kearah panggilan tadi. Jika kita ingin agar air tidak tumpah tentunya, kita akan lebih memfokuskan diri pada gelas, sedangkan suara panggilan tadi, kita tetap bisa mendengarnya, akan tetapi kita abaikan. Sama seperti saat shalat, agar kita mampu khusyu’, ketika shalat itu perhatikan lafalz kita. Shalat itu mempertemukan ruhkiyat kita dengan Allah. Ketika kita menghadap Allah dengan bacaan tidak tergesa-gesa (tuma’ninah), sikap tunduk, berdzikir dalam hatimu, punya rasa takut, tidak lengah. Insya Allah itulah shalat khusyu’. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang khusyu’ dalam shalatnya. (QS. Al Mukminun: 1-2)
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka mereka akan mendapat surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala atas apa yang telah mereka kerjakan As sajadah 19.
Sesungguhnya orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Nama Allah gemetarlah hati mereka , dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Nya, bertambah iman mereka dan kepada Tuhannya mereka bertawakkal (QS. Al Anfaal: 2)
Coba kita rasakan ketika kita pertama kali jatuh cinta, mendengarkan nama si dia membuat jantung kita deg-degan, berdegup keras. Begitu juga orang beriman, orang yang ketika disebutkan Dzat yang dicintainya Allah SWT. Maka gemetarlah hatinya.
0 Comments