Ketika Rosul Muhammad SAW bertanya kepada istri tercinta” Sarapan apa yang dipunyai? Istri menjawab” kita tidak punya apa-apa Rosul. Maka Rosul berkata “baik…aku akan berpuasa hari ini.” Sedangkan di saat lain Rosul sedang berpuasa, dan istrinya menyampaikan bahwa ada orang yang membawa hadiah berupa makanan, maka Rosul berkata kepada istrinya”baik…mari kita santap makanan tersebut. Sungguh indah sikap yang diambil Rosul, selalu berusaha membahagiakan lawan bicara, berusaha tidak mengecewakan. Sikap Rosul memang jauh dari egois pribadi atas ibadah, jauh dari otoriter dari kepala rumah tangga, jauh dari kekakuan sikap atas nama kebenaran. Dengan konsisten meneladani sikap, perbuatan dan perkataan Rosul, maka Islam menjadi Rahmatan Lil’alamien, tidak ada kebencian, pembunuhan, pemboman, korupsi, sikap zalim lainnya. Sudah waktunya kita meninggalkan sikap otoriter dengan musyawarah, egois dengan ukhuwah, kekakuan dengan keluasan pandang atau sikap, keluwesan sikap. Di Negara dimana kebhinekaan adalah keniscayaan, penuh warna yang berbeda, satu kata yang tepat, kita semua bersaudara, kita bersekutu dalam hidayah, kita bersama bukan untuk saling melemahkan atau melcehkan , tapi kita adalah satu, karena dengan bersatu kita teguh jika bercerai maka kita runtuh.
0 Comments